[Part 1] Young Bride

Tittle      : Young Bride

Author  : Devi Hardiyanti

Cast       : Kwon Jihyun  , Oh Sehun , Do Kyungsoo

Cameo  : Oh Hyuna , Kang Hyeri , etc –Still Hidden-

Genre    : IDK *Fail Author ~ u.u

Rating   : PG+15

Length  : On Writting

Disclaimer : Plot my own ! Cast belong’s my Imagination & God ! Do not re-post !

         Young Bride

-Devi Hardiyanti © 2012

.

.

Pagi ini masih sama seperti pagi-pagi yang seperti biasa , seluruh keluarga Kwon berkumpul di meja makan untuk menyantap sarapan pagi mereka. Namun ada satu hal yang membedakan pagi ini dengan pagi biasanya. Pagi ini terasa begitu hening , tak ada suara sama sekali dari tiga penghuni rumah tersebut yang ada hanyalah suara sendok dan garpu yang membentur piring berbeda dengan pagi biasanya yang selalu di penuhi dengan celotehan-celotehan keluarga tersebut.

“Jihyun~a kau masih marah pada kami ?” tanya Nyonya Kwon seraya menatap Jihyun penasaran. Jihyun tak merespon hanya tetap memasukan makanannya ke dalam mulut.

Nyonya Kim menurunkan bahunya lemas sambil mendesah pelan , ia kemudian melirik pada suaminya yang terlihat mengangkat bahu karena tak tahu harus melakukan apa.

“Jihyun~a tolonglah bersikap lebih dewasa , kau ini anak kami satu-satunya . Hanya kau yang bisa kami harapkan.” Lirih Nyonya Kwon memelas pada putri semata wayangnya itu.

Jihyun memutar bola matanya , seraya meletakkan sendok dan garpunya di atas piring secara kasar .

“Mwo ? Bersikap dewasa ? Harusnya aku yang mengatakan hal seperti itu pada oemma dan appa!!” pekiknya geram dengan bibir yang mengerucut begitu panjang .

“Kami tahu ini keselahan kami karena tidak memberitahumu Jihyun~ah tapi oemma mohon maafkan oemma dan appa kemudian terima perjodohan ini.” Nyonya Kwon semakin menunjukan roman wajah yang begitu melas.

Jihyun sebenarnya tidak tega terhadap ibunya yang kini tengah memohon habis-habisan padanya , namun egonya masih tidak mau menerima kesalahan ibunya dan perasaan itu membuatnya tidak mau diganggu sampai setidaknya ia cukup siap untuk menerima semuanya.

“Aku tidak tahu.” Jawab Jihyun acuh seraya berdiri dari tempatnya dan berjalan meninggalkan ruang makan ini.

“Kau tidak perlu memohon sampai seperti itu Kang Jina.” Celetuk Tuan Kwon seraya memasukan sepotong roti ke dalam mulutnya.

Dan celetukkan itu berhasil membuatnya harus merasakan sebuah jitakkan yang sebenarnya tidak terlalu keras.

“Bodoh ! Jika tidak memohon seperti itu Jihyun mungkin tidak akan pernah memaafkan kita.” Titah Nyona Kwon seraya kemudian bangkit dari tempatnya dan meninggalkan Tuan Kwon sendirian.



Jihyun menggeser pintu rumahnya sampai tertutup rapat , seraya kemudian memakai sepatunya dan menaikkan standar sepedanya .

“Bodoh! Jika tidak memohon seperti itu Jihyun mungkin tidak akan pernah memaafkan kita.”

Saat Jihyun hendak naik ke atas sepedanya tanpa sengaja ia mendengar pekikan Nyonya Kwon .  Jihyun mendesah pelan “Betapa oemma sangat memikirkan perasaanku namun mengapa aku tak mau memikirkan perasaannya ?” gumam Jihyun lirih seraya kemudian mulai mengayuh sepedanya untuk keluar dari dalam pekarangan rumahnya.

Di dalam perjalanan menuju sekolah Jihyun terus menerus memikirkan orang tuanya . Ia anak satu-satunya di keluarga Kwon dan ia sadar bahwa hanya dirinyalah yang mampu membahagiakan kedua orang tuanya . Tapi apakah ia harus menerima perjodohan itu agar kedua orang tuanya bahagia ? Apakah ia harus melepas masa remajanya untuk bersenang-senang untuk menjadi seorang istri ? Apakah harus seperti itu ?

Jihyun terlihat begitu murung dan gelisah , ia bingung harus melakukan apa. Tetap memaksakan egonya ataukah menerima kehendak orang tuanya ? Well baginya terlalu sulit untuk memilih salah satu dari keduanya karena selain ingin membahagiakan kedua orang tuanya Jihyun juga ingin menikmati masa remajanya .

Ketika sedang mengayuh sepeda dengan pikiran yang sedikit melayang-layang , seorang Kwon Jihyun tak menyadari bahwa seseorang di dalam sebuah mobil yang tengah terkemudi di belakangnya tengah memperhatikannya.



Jihyun turun dari atas sepeda miliknya saat ia sudah memasuki pekarangan sekolahnya . Ia kemudian mulai menuntun sepedanya menuju ke tempat parkiran dengan pelan . Wajahnya terlihat agak sedikit suram . Jihyun mendengus sambil menundukkan kepalanya dan menuntun sepeda.

“Hey!” seru suara seseorang yang terdengar agak familiar di telinga.

Jihyun mendongak –masih dengan memasang wajah murung- dan menatap lelaki tengah berdiri di hadapannya. Ia menghela nafas pelan dan menundukkan kepalanya pelan untuk meminta maaf . “Maaf aku tidak melihatmu Kyungsoo~ah.” Ucap Jihyun meminta maaf .

Lelaki bernama Kyungsoo itu mengangguk seraya lantas memiringkan kepalanya sedikit . Menelik kedua manik mata kecoklatan milik Jihyun penuh pertanyaan , terselip rasa ingin tahu yang begitu besar di hatinya atas raut wajah JIhyun yang terlihat tak begitu baik.

“Gwenchana ?” tanya Kyungsoo sedikit cemas .

Jihyun tersenyum “Harusnya aku yang menanyakan itu padamu. Punggung kakimu hampir saja terlindas oleh ban sepedaku tadi jika kau tak berseru padaku.” Tutur Jihyun diiringi tawaan kecil.

Kyungsoo mengangguk –entah untuk maksud apa- “Tapikan ban sepedamu tak berhasil melindasnya. Ehm kau tidak terlihat begitu baik pagi ini , kau ada masalah atau kau sakit ?” tanya Kyungsoo mencoba memberi perhatian.

Jihyun lagi-lagi tersenyum dan menggeleng pelan “Tidak , aku baik-baik saja.” Jawabnya berbohong.

“Benarkah ? Jika kau memang sakit sebaiknya kau tidak usah masuk sekolah dulu.” Saran Kyungsoo pada Jihyun .

Jihyun terkekeh pelan “terimakasih sudah mencemaskanku Do Kyungsoo tapi aku sungguh tak sakit.” Papar Jihyun “Melainkan sedang mengalami sebuah masalah.” Imbuhnya dalam hati.

“Baiklah kalau begitu , errrr mau ke kelas sama-sama ?” tawar Kyungsoo hati-hati .

Jihyun mengangguk pelan “Tentu saja , tapi aku harus memarkirkan sepedaku terlebih dahulu.” Balas Jihyun.

Kyungsoo tersenyum sambil memamerkan jajaran gigi putihnya “Baiklah kalau begitu akan ku temani kau…” ucapnya sumringah.

Jihyun terkekeh dan menggeleng pelan “Terserah kau saja.” Ucapnya sambil kembali menuntun sepedanya menuju parkiran .



Sehun turun dari dalam mobil hitam mengkilap yang mengantarnya sampai ke sekolah . Tapak kakinya kini sudah berpijak tepat di depan pintu gerbang sekolah . Ia sedikit membenarkan blazer seragamnya dan merapikan sedikit dasinya yang agak memincing ke samping .

Saat ia hendak melangkahkan kakinya memasuki pekarangan sekolah kedua manik matanya mendapati sesosok gadis berambut kecoklatan yang di ikat satu tengah mengobrol santai di halaman sekolah dalam keadaan masih memegangi sepedanya dengan seorang laki-laki .

Matanya menyipit , menatap gadis itu dengan tatapan sedikit tak suka dan kemudian mulai kembali melebarkan matanya dan berjalan masuk kehalaman sekolah dengan mencoba tak memperdulikan gadis itu.

“Hey bro!” seseorang tiba-tiba menepuk punggungnya dari belakang sambil berseru di telinganya .

Sehun tak terkejut dan hanya menoleh ke belakang , menatap lelaki di belakangnya dengan dingin.

Sehun menghela nafas pelan dan menatap laki-laki itu dengan mata  yang terlampau sipit . “Kau !” serunya seraya melarikkan jari telunjuknya tepat di depan wajah lelaki itu .

“Bisakah kau merubah kelakuanmu yang suka mengejutkan orang itu.” Sambungnya sedikit kesal . Ia sesungguhnya tidak mau menggubris kelakuan temannya itu , toh ia sendiri tidak pernah merasa kaget jika temannya itu mengagetinya . Hanya saja ia masih memiliki rasa kasihan kepada orang yang mungkin mudah terkejut , membuatnya menjadi sesering mungkin mengingatkan sosok temannya itu untuk tidak terus menerus mengageti orang agar suatu saat nanti tidak akan terjadi suatu hal buruk yang tak pernah di inginkan .

“Maaf , ini sudah menjadi kebiasaan . Sulit untuk di hilangkan.” Sergahnya santai seraya kemudian melipat kedua tangannya di belakang kepala. Sehun menggeleng pelan seraya kemudian memilih membuang muka dengan seringain kecil di bibirnya.

“Tolol! Jika kau mau berusaha untuk menghilangkannya kebiasaan buruk itu pasti hilang.” Hardiknya sambil melangkah meninggalkan temannya itu dengan tangan kiri yang di selipkan di balik ceruk saku celananya.



Suasana hiruk pikuk di dalam ruang kelas 2-A terlihat begitu ramai dan terlihat agak sedikit berantakan . Beberapa siswa penghuni kelas itu tengah membuat sebuah onar dengan sedikit membuat keributan yang nampaknya akan mengganggu kelas lain yang sedang belajar.

Dari beberapa siswa yang membuat onar ada juga siswa yang memilih keluar kelas dan ada juga siswa yang memilih untuk duduk diam di bangku mereka sambil melakukan sesuatu kegiatan yang tidak terlalu aneh . Kwon Jihyun , gadis itu termasuk dari salah satu mereka yang memilih diam di dalam kelas ketimbang membuat onar ataupun meninggalkan kelas . Jihyun menumpukkan siku tangannya pada meja dan menopangkan kepalanya di kedua telapak tangannya . Wajahnya terlihat begitu jengah dan bosan , namun juga terlihat sedikit suram –seperti orang yang tak memiliki semangat hidup- . Jihyun memiringkan sedikit kepalanya sebelum ia kemudian menarik tangannya dari meja yang ia jadikan tempat tumpuan.

“Ah semakin di pikirkan ini semua semakin membuat kepala ku terasa pusing!” decaknya frustasi sambil memegang kedua sisi kepalanya saking merasa pusingnya .

“Aku harus bersantai!” gumamnya dalam hati seraya kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Hyejin dan Sunhee yang tak sengaja memergoki Jihyun yang beranjak dari tempat duduknya langsung saling menatap satu sama lain dan kemudian kembali menatap punggung Jihyun dengan curiga.

“Tak biasanya.” Celetuk Sunhee sambil terus mengibaskan kipasnya .

Hyejin mengangguk mengiyakan pertanyaan Sunhee “Kau benar , pasti ada sesuatu dengan dirinya.” Imbuh Hyejin .

“Kita harus menyelidikinya. Ayo ikuti dia.” Usul Sunhee seraya kemudian berjalan dengan sebelah tangan terlipat di depan dada dan sebelah yang lain terus mengibaskan kipasnya.

Hyejin tercekat seraya kemudian segera turun dari atas meja “Ya ! Ban Sunhee tunggu aku!!” serunya seraya kemudian berlari menyusul Sunhee dengan sedikit terpogoh.



Jihyun menapakkan kakinya pada anak tangga terakhir yang akan membawanya ke lantai atas untuk menuju atap gedung sekolah. Segera setelah ia berdiri di atas atap gedung semilir angin langsung datang menyambutnya , menghembuskan kesejukannya pada pori kulit seorang Kwon Jihyun.

Jihyun tersenyum samar saat poni dan rambutnya sedikit terbang kesamping ketika Angin itu berhembus menyapanya . Jihyun melangkah dengan pelan menuju dinding pembatas gedung , seraya merentangkan kedua tangannya untuk sekedar memberikan sedikit relaksasi pada tubuhnya yang entah kenapa terasa sangat lelah dan penat .

Jihyun berdiri tepat di depan dinding pembatas gedung yang tak terlalu tinggi itu . Salah satu kakinya kemudian mulai naik ke atas dinding dan di ikuti oleh kakinya yang lain . Dan saat ia melihat kebawah ia merasa bahwa posisinya kini sudah berada pada posisi yang pas untuk melakukan aksi bunuh diri. Jihyun menghela nafas , ia tak mau mati sia-sia hanya karena semua ini. Ia menatap langit dengan sangat nanar seraya merutuki nasibnya .



Lelaki itu berdiri di salah satu sisi atas sekolah sambil membersihkan lensa kameranya dengan tisu , seraya kemudian memposisikan kameranya beberapa senti di depan mata , memutar lensa kamernya untuk mendapatkan gambar yang berkualitas baik pada objek gambarnya .

“YA! Kenapa nasib ku begitu sial ! Aku benci ! Kenapa aku harus menerima takdir seperti ini ?! Ini tak adil.”

Sehun menurunkan kameranya sedikit kebawah , ia menolehkan kepalanya sedikit kebelakang , menyipitkan kedua matanya yang sudah sipit untuk memastikan seseorang yang kini berteriak beberapa meter di belakangnya dengan posisi yang membelakangi dirinya.

Sehun mulai menapakkan kakinya di lantai atap sekolah setelah ia sudah membalik badannya 180 derajat . Ia melangkah mendekati gadis itu dari belakang dengan kamera yang tak lepas dari pegangannya . Ia kembali mengangkat kameranya dan kembali memposisikan kameranya beberapa senti di depan matanya , memutar lensa kameranya dan KLIK…

Sebuah gambar gadis itu telah ia abadikan secara diam-diam dari belakang dan tanpa di ketahui oleh gadis itu.

“Ya! Jangan berteriak-teriak disini ! Kau berisik !” ucapnya keras dan tegas namun terkesan dingin . Kalimat itu sebenarnya sudah ingin ia lontarkan sejak tadi , namun ketika ia menyadari siapa orang yang berteriak itu ia segera menunda niatnya untuk sekedar mengabadikan gambar gadis itu.

Gadis itu berbalik dengan sedikit cepat  untuk melihat siapa suara yang mengganggu aksi teriak-teriaknya itu . Namun bukannya sempat untuk melihat gadis itu justru malah nyaris tergelincir jatuh kebawah kalau saja Sehun tidak segera berlari dan menarik pergelangan tangannya

“Apa kau mau mati dengan cara murahan seperti ini ?” tanya Sehun dengan nada dingin setelah ia melepaskan pergelangan tangan gadis itu , Kwon Jihyun.

Jihyun diam tak bergeming , ia mencoba mengatur nafasnya yang masih berjalan secara tak teratur . Sedikit shock dengan keadaan yang hampir menghilangkan nyawanya tadi. Kalau saja tidak ada Oh Sehun disitu mungkin dia sudah akan mati , namun ia hampir mati juga karena ulah Oh Sehun bukan ? kalau saja Sehun tidak meneriakinya seperti tadi ia pasti tidak akan hampir jatuh seperti ini.

Sehun menaikkan sebelah alisnya ketika manik matanya menangkap wajah Jihyun yang terlihat begitu syok. Sehun menatap Jihyun tanpa ekspresi seraya kemudian berbalik tak mau memperdulikan keadaan Jihyun.

“Kau …” suara Jihyun terdengar tegas namun sedikit bergetar , ia memanggil seorang Oh Sehun yang kini hendak berjalan meninggalkannya.

Sehun menghentikan langkahnya dan tak bergeming .

“Kenapa kau menolongku ? Harusnya kau biarkan saja aku jatuh kebawah!” ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Jihyun. Padahal ini bukan kata-kata yang ingin ia lontarkan , sesungguhnya ia ingin mengatakan ‘terimakasih telah menolongku’ tapi apa yang terlontar dari mulutnya ? ini justru berbanding 180 derajat dari apa yang ingin ia ucapkan . Setan apa yang telah merasuki dirinya ?

Sehun menyeringai “Jadi kau ingin mati dengan cara murahan seperti itu ?” tanya Sehun dengan nada sakarstik namun tetap mengandung kesan dingin yang begitu kuat (?) .

Jihyun tertawa hambar , seraya menatap punggung Sehun suram .

“Untuk apa aku hidup jika aku harus meninggalkan masa remaja ku untuk menikah di usia muda.” Ucapnya lirih . Lagi-lagi ia ingin mengucapkan sesuatu yang sebenarnya tak pernah ingin ia ucapkan , bahkan ia mengatakan sesuatu yang sebenarnya agak pribadi pada seorang Oh Sehun .

Sehun tercekat mendengar ucapan Jihyun barusan . Pernyataan gadis itu sedikit membuatnya merasalah bersalah sebenarnya. Maaf , kata itu tergumam sekali di benak Sehun. Jika saja keluarganya tidak memilih Jihyun sebagai calon anggota keluarga baru –menantu- mereka pasti Jihyun tak akan mencoba untuk bunuh diri seperti ini –meskipun sebenarnya Jihyun tidak berniat untuk mencoba bunuh diri- , pikir Sehun. Sehun menghela nafas dan menolehkan kepalanya ke sebelah kiri , melirik Jihyun melalui manik mata sebelah kirinya.

“Akan lebih buruk jika kau sampai di beritakan mati bunuh diri karena hal yang bukan-bukan.” Ucap Sehun datar pada Jihyun , membuat Jihyun sedikit melongo mendengarnya.

 “Dengar !” Suaranya terdengar begitu tegas di telinga Jihyun , bahkan kali ini tak ada kesan dingin yang merasuk di dalam suara itu. Sehun menghela nafas sejenak sebelum ia kembali melanjutkan ucapannya “Hal itu sudah menjadi takdirmu dan kau tidak bisa menghindari takdir itu. Dan jika kau sampai mencoba menghindari takdir itu…” Sehun menjeda ucapannya dan mulai menyipitkan kedua matanya “Itu sama halnya kau mencoba untuk menyakiti orang-orang disekitarmu.” Sambungya tegas seraya membenarkan sedikit dasinya dan berjalan meninggalkan Jihyun sendirian.

Jihyun tercenung ketika ia mendengar Sehun berbicara. Kalimat yang di lontarkan oleh seorang lelaki idola yang terlihat sangat dingin itu ternyata begitu bijak. Dan lagi , ini juga pertama kalinya seorang Oh Sehun berbicara begitu panjang . Bahkan terhadap dirinya , Kwon Jihyun. Orang yang jelas-jelas tidak terlalu akrab dengan Jihyun.

 

Sehun melangkahkan kakinya dengan santai menuju sebuah pintu yang akan membawanya keluar dari atap sekolah ini. Sehun berhenti sejenak ketika ia sudah berada di dalam gedung.

Ia menghela nafas , ia tahu bahwa ada yang tengah menguping pembicaraan dirinya dan Jihyun sejak tadi . Tanpa menoleh ataupun menggerakan tubuhnya Sehun langsung mencetus.

“Sejak kapan kalian disitu ?” tanyanya dingin , membuat dua orang gadis yang kini tengah menempel di dinding itu terkejut habis-habisan.

“Ka-kami…”

“Apakah kalian tahu bahwa menguping bukanlah suatu tindakan yang baik.” Potong Sehun seraya memasukan tangan kirinya ke dalam saku dan berjalan menuruni ceruk anak tangga.

“Ya! Kenapa dia bisa tahu keberadaan kita !” celetuk Sunhee marah .

Hyejin memanyunkan bibirnya dan mengangkat bahunya pelan “Nan mollayo~”



02.30 KST~

Jihyun mengemasi buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas dan kemudian memasang tasnya di belakang punggungnya. Ia siap melangkah sebelum kedua sahabatnya berdiri di depan mejanya.

Jihyun mendongak dan menatap kedua sahabatnya itu dengan kening berkerut.

“Waeyo ? Kenapa kalian menatapku seperti itu ?” tanya Jihyun ketika merasa kedua sahabatnya itu melontarkan sebuah tatapan yang aneh padanya.

“Kau tidak terlihat begitu baik hari ini ? apa kau memiliki masalah ?” tanya Hyejin to the point.

Jihyun sedikit terkejut mendengar pertanyaan Hyejin . Apakah wajahnya benar-benar menunjukkan bahwa dirinya sedang terkena masalah ?

“Ak…aku…” Jihyun menundukkan kepalanya , seraya mendengus pelan dan mencoba melihat kearah lain.

“Ya! Kwon Jihyun , kau tidak perlu seperti itu. Kami ini sahabatmu , kau bisa bercerita pada kami jika kau memiliki masalah!” pekik Sunhee .

Jihyun mendongak , dan dengan air mata yang sudah mengalir di pipi ia menatap kedua sahabatnya lekat-lekat dan kemudian langsung meraih setiap pergelangan tangan kedua sahbatnya.

“Terimakasih , sudah menjadi sahabat yang terbaik untukku . Ta…tapi maaf, ku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakan hal yang sebenarnya.” Ucap Jihyun seraya menyeka air matanya . “Kalian bisa mengerti kan?” tanya Jihyun hati-hati.

Sunhee dan Hyejin mengangguk bersamaan “Kami bisa mengerti , ku pikir kau masih belum siap untuk bercerita pada kami.” Ucap Hyejin mengerti .

“Terimakasih…”



Tok…tok…tok…

“Masuk…!” seru Sehun sambil melirik sekilas pada pintu kamarnya yang tertutup namun mengeluarkan sebuah suara ketukan.

Perlahan-lahan kusen pintu terdengar sedikit bergeser , menandakan bahwa seseorang telah membuka pintu kamarnya. Sehun menoleh ke belakang dan melihat adiknya –Oh Hyuna- sedang melangkah memasuki kamarnya.

“Ada apa Hyuna~ah ?” tanya Sehun sambil membalik lembar majalah kamera yang tengah ia baca.

“Oppa~” Hyuna memanggil Sehun pelan saat ia sudah duduk di samping lelaki itu.

Sehun menoleh dan menatap Hyuna adiknya dengan sebelah alis terangkat.

“Wae ? tak biasanya kau begini ? jangan-jangan kau menginginkan sesuatu dariku.” Goda Sehun seraya kemudian kembali beralih pada majalah kamernya dalam sekilat .

Hyuna mendengus “Aniyo , aku hanya sedih.” Hyuna me-merosotkan dirinya dari punggung sofa dan melipat kedua tangannya di depan dada sambil menggembungkan pipinya.

Sehun menutup majalahnya dan meletakkannya di atas meja , ia lantas mengenyampingkan tubuh bagian atasnya dan menumpukkan wajahnya pada tangan yang terlebih dulu bersandar pada punggung sofanya (bisa bayangin gak ?) . Menatap sang adik penasaran .

“Sedih ? Sedih kenapa ?” tanya Sehun penasaran .

Hyuna tersenyum samar “Sedih saja…”

Sehun menatap Hyuna kali ini dengan lebih intens “Kau pasti memiliki alasan , kenapa kau sedih ?” tanya Sehun lagi.

Hyuna tertawa dan menegakkan tubuhnya . “Aku hanya sedih karena sebentar lagi oppaku yang jahil akan menikah . Jika oppa menikah ku rasa aku akan semakin ke sepian dirumah.” Curahnya pada Sehun .

Sehun tersenyum dan mengacak pelan rambut adiknya “Jika aku menikah nanti kau bisa sering-sering datang ke rumahku nanti.” Hiburnya

Hyuna tersenyum “Benarkah ? Aku senang mendengarnya. Tapi oppa ada satu hal lagi yang ingin ku tanyakan padamu…”

“Apa ?” tanya Sehun lagi . Well , kenapa adiknya itu senang sekali menanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran akan apa pertanyaan yang ingin di lontarkan oleh adiknya itu , pikir Sehun.

“Apa kau benar-benar telah siap untuk menikah dengan err Ji… ji…”

“Jihyun.”

“Ah iya , Jihyun onni .Maaf aku lupa dengan namanya , well  Apa kau sudah siap ? Ingat oppa jika kau memang sudah siap berarti di dalam otakmu sudah tidak ada lagi memori tentang Hyeri onnie dank au juga harus ingat bahwa ia telah menyakitimu juga.”



Sehun menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran yang melayang-layang entah kemana. Sekelibat ucapan adiknya tadi mampu membuatnya agak sedikit gelisah. Benar kata Hyuna , jika ia memang sudah merasa siap untuk menikah maka ia juga harus benar-benar melepaskan Hyeri , melupakan semua memori indahnya dengan gadis itu. Gadis bernama Kang Hyeri  , gadis yang sangat ia cintai , dan juga gadis yang paling pertama merobek hatinya hingga sulit untuk tertutup lagi. Meninggalkannya dengan sebekas luka yang masih menganga lebar di hatinya.

Sehun melipat kedua tangannya di belakang kepala yang masih berada di atas bantal .

“Na eottokhe ?”



Jihyun membuka pintu kamarnya dan berjalan menghampiri kedua orang tuanya yang sedang menonton televisi dengan sangat tidak bersemangat.

“Jihyun kau sudah keluar ?” pekik Nyonya Kwon girang.

Jihyun mengangguk dan kemudian duduk di samping tuan Kwon.

“Jihyun~a kau jangan marah lagi ya pada kami , Kau boleh membatalkan pernikahan ini jika kau mau. Kami tidak akan memaksamu , kau ten…”

“Sudahlah bu~” potong Jihyun lirih membuat kedua orang tuanya saling bertatapan tak mengerti.

“Menikah dengan pria itu sudah menjadi takdirku.” Cetus Jihyun membuat kedua orang tua Jihyun menjadi bingung dengan jalan pikirannya.

“Jihyun k…kau serius ?” tanya Tuan Kwon tak percaya .

Jihyun mengangguk “Aku serius appa.” ucapnya tegas.

Nyonya Kwon memegang kedua pundak Jihyun dan menatap putrinya lekat “Apakah keputusanmu sudah bulat ?” tanya Nyonya Kwon mengharap kejelasan putrinya.

Jihyun hanya tersenyum kecil dan mengangguk sebagai jawabannya.

Nyonya Kwon langsung memeluk Jihyun erat “Gomawo Jihyun~a , gomawoyo~. Kau benar-benar membuat oemma senang sayang.” Bisik Nyonya Kwon pada Jihyun.

Jihyun menarik tubuhnya dan tersenyum “Bukankah memang seharusnya aku membuat oemma dan appa senang , maaf kemarin aku telah marah pada kalian.” Sesal Jihyun.

Tuan Kwon terkekeh dan mengacak rambutnya pelan “Gwenchana,  yang penting sekarang kau sudah tidak marah lagi pada kami.”

Jihyun menyunggingkan cengirannya “Aku tidak akan marah lagi pada kalian oemma , appa .” papar Jihyun seraya melirik kedua orang tuanya bergantian .

“Errr tapi bisakah aku mengetahui siapa nama errr orang yang melamarku ?” tanya Jihyun hati-hati dan Nyonya Kwon mengangguk .

“Kau tahu Oh Sehan ?” tanya Nyonya Kwon.

Jihyun mengangguk “Ne arraso. Oh Sehan, seorang pengusaha tersukses di Korea bukan. Apa aku ak- ooopssss.” Jihyun menutup mulutnya dan menggeleng .

“Kau kenapa Jihyun~ah ?” tanya Tuan dan Nyonya Kwon panik.

Jihyun menatap kedua orang tuanya dengan tatapan yang terlihat begitu terkejut “Jangan katakan bahawa calon suamiku adalah putranya yang bernama Oh Sehun !!”

– To Be Continued –

Note    :

Yorobeun annyeong ! Bagaimana part 1nya ? Memuasakan ataukah tidak ? Saya harap sih jawabannya memuaskan , tapi kalau reader pada kurang puas silahkan , monggo xD . Saya juga Cuma manusia biasa yang tidak selalu bisa memuaskan setiap orang dengan karya yang saya buat. Terimakasih buat reader yang kemarin sudah meng-apresiasikan rasa penasarannya di Prelude Young Bride, makasih banyak ya J .

Well terus support aku ya , insya Allah support kalian bisa membuat aku semangat ngerjain fanfic ini. Dan aku akan berusaha untuk serius dalam membuat fanfic ini , biar hasilnya gak setengah-setengah tapi full memuaskan para reader 😀 . Sekali lagi terimakasih , keep your comment in a part of Young Bride . – Devi H.R.

 

<<< Previous | Next >>>

8 responses to “[Part 1] Young Bride

  1. untung ad sehun klo ga tubuh jihyun uda berdarah2 tuh di bawah..hiiii~
    dingin2 tapi bijak jg ya si sehun, ga nyangka dah..ckckck tapi kasian jg ya, sehun sakit hati krn hyeri..ya smoga aja bisa membuka hatinya bwt jihyun..
    nah lho, jihyun kaget kan pas tw klo calon suaminy tak lain adalah idola sekolah yg super dingin aka oh sehun..kekeke 😀
    walau ada typo dikit *dimana hrsnya nyonya kwon jd nyonya kim* , it’s ok koq..
    makin penasaran sama lanjutannya de ^^

  2. Pingback: [Part 2] Young Bride « Devi Hardiyanti·

  3. Pingback: [Part 2] Young Bride | FFindo·

  4. Ceritanya seru baget dhe,,, Oh Sehunnya seperti Lee Shin di PRINCESS HOURS ,,, suka sama tokoh Oh Sehun,, Jihyun , kau harus sabar menghadapi pangeran Es ( Oh Sehun )

    ditunggu kelanjutannya 🙂

  5. Bagus thor!! Bagus banget.. 😀
    Tp agak aneh baca kata ‘seraya’ yg dibelakangnya ada kata ‘kemudian’ atau kata sambung lainnya..

  6. Memuaskan kok thor..
    Aigoo, jihyun nekat amat ea, untung ad sehun oppa. Mmm, hyeri bkal jd org ktga ea thor..

Reply ^____^